• (0353) 511330
  • islahiyah_ma@yahoo.com
  • Jalan Raya Ngasem Kalitidu, Ds. Kalitidu, Kec. Kalitidu, Kab. Bojonegoro

Membangun Karakter Siswa Melalui Sholat Dhuha

Pendidikan Agama, budi pekerti, Pendidikan Kewargangaraan adalah membangun karakter, anggapan ini lebih tepat kalau dikatakan mengajar atau memberikan pendidikan moral kepada setiap siswa anggapan pendidikan di atas adalah membangun sebuah karakter seseorang atau siswa kalau dibarengi dengan sebuah perbuatan, prilaku seorang siswa menuju kearah kebaikan.

Kalau kita lihat kata karakter menurut kamus bahasa Indonesia Purwadarminto, karakter diartikan sebuah tabiat, watak, sifat–sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Dari pengertian di atas bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir, mengubah atau memahat sebuah jiwa seseorang yang belum terbentuk dari apa yang kita bentuk, dan dapat mengubah siswa menjadi seorang yang lebih baik.Ibarat sebuah batu unik yang baru digali dari dalam tanah kemudian batu tersebut dibentuk dan diukir menjadi sebuah batu kursi dan dibuat seperti hiasan dinding, bahkan batu tersebut menjadi sebuah patung yang menyerupai manusia.

Demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan lainnya (termasuk siswa yang belum berkarakter/berkarakter tercela). Untuk membangun karakter siswa tidak harus dengan sebuah pelajaran, namun ada yang lebih komplek pembelajaran dengan melakukan sholah duha, duha dilakukan disebuah Sekolah atau lembaga itu menumbuhkan dan membangun karakter siswa dengan kebiasaan siraman-siraman ceramah rohani, walaupun demikian itu semua diluar kegiatan pembelajaran yang ada disekolah bahkan tidak ada dikurikulum dalam pembelajaran.

Ada 6 pilar dasar yang dapat membangun karakter siswa menurut buku karya Dwi Lenny M.Psi, Psikolog antar lain :

  1. Rasa cinta kepada Tuhan dan kepada ciptaan-Nya, termasuk cinta kasih terhadap teman yang lainnya.
  2. Pendidikan formal maupun non formal.
  3. Disiplin, terhadap waktu, administrasi (perencanaan pembelajaran) dan disiplin terhadap kebersihan kelasnya.
  4. Percaya diri, adil, mandiri, dapat bertoleransi baik dan rendah diri.
  5. Siap bekerja keras, pantang menyerah, kreatif, dapat bekerja sama, menolong dan berbagi dengan teman sekelas maupun diluar kelas.
  6. Jujur, bertanggungjawab, santun, hormat pada orang lain, ada keperdulian terhadap kebersikan kelas dan lingkungannya.

Siswa yang tumbuh disekolah yang berkarakter baik dan berdisiplin tinggi akan menjadi siswa yang berkarakter dan mempunyai disiplin karakter yang baik pula, namun siswa atau anak yang dibesarkan dari lingkungan, sekolah yang berkarakter asalmu asal maka menimbulkan pada diri jiwa siswa/anak mempunyai karakter yang tidak baik.

Kalau anak tinggal di dalam lingkungan keluarga yang bapaknya sering memaki-maki, ibunya selalu mengerutu dan sering memarahi , maka jangan heran jika, karakter anak tersebut menjadi pemarah, pandai memaki dan mengomel.

Anak yang tumbuh di lingkungan yang sering dimanja, dipuji dan dibela maka karakter anak menjadi tidak bisa menghargai orang lain, kedua contoh diatas tentunya kita selaku orang tua dapat mengambil diantara pujian yang bertujuan ke arah positif, jika anak tersebut mendapatkan sebuah prestasi baik, barulah anak tersebut dapat pujian. 

Dari contoh itu bahwa dalam hal pembentukan karakter dari orang tua, guru, dan orang disekitar kita dapat membangun karakter anak yang bijaksana dan arif.

Parentil Skill dengan Caracter Building

Parentil adalah proses untuk meningkatkan dan menunjang perkembangan Physic, emosi, sosial, intelektual anak dari kegiatan membesarkan anak lebih dari hubungan biologisnya. Parentig biasanya dilakukan oleh orang tua, guru terhadap anak, siswa, namun tidak mengurangi kemungkinan apa yang dilakukan oleh orang tua asuh/bapak angkatnya. Parentil Skill adalah membangun jiwa siswa dari keluarga terdekat dengan fisik dan biologisnya sedangkan. Caracter Building adalah membangun siswa melalui lingkungan terdekatnya.

Menurut Diana (dalam Buku Dwi Lenny) perkembangan karakter ada tiga model pokok dalam parenting :

  1. Authoritative (demokratis) : Anak yang ditumbuh dan berkembang menjadi anak yang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan, kurang baik dalam kemampuan berkomunikasi, apalagi anak yang sering dapat pukulan, maka akan sulit sekali dia akan percara diri.
  2. Authoritarian (otoriter) : Orang tua akan mendidik anaknya untuk dapat mandiri, dibawah pengawasan orang tua atau guru, dan ada batas-batas yang perlu ditaati ketika seorang anak melakukan sikap yang salah dan orang tua selalu mengarakan kesuatu perbuatan baik.
  3. Permissive (tidak dikendalikan) : Seorang anak yang tidak selalu diawasi oleh orang tua atau guru kemungkinan anak tersebut tidak bisa membawa ke arah kebaikan dan sebaliknya anak akan terjerumus kearah kejelekan, termasuk seorang siswa yang tidak dikendalikan oleh seorang guru ketika berada dilingkungan sekolah, anak tersebut akan selalu berbuat sesuka hatinya.

Sedang menurut Maccoby dan Martin digolongkan menjadi empat model.

  1. Authoritative (demokratis)
  2. Authoritarian (otoriter)
  3. Indulgenent (tidak diketati)
  4. Neglectful (tidak diurusi)

Dari empat model di atas dua diantaranya adalah Indulgenent (tidak diketati) dan Neglectful (tidak diurusi). Indulgenent (tidak diketati) jika seorang siswa di sebuah sekolah Indulgenent maka sekolah akan menjadi kacau dan proses pembelajaran akan tidak nyaman di depan siswa yang Authoritarian dan seorang siswa jika Neglectful lebih berbahaya menjadi tunas bangsa.

Secara singkat dari dua pendapat di atas bahwa antara Authoritative (demokratis) dan Authoritarian harus seimbang dan seorang siswa/anak benar- benar dijauhi dari model Indulgenent (tidak diketati) dan Neglectful (tidak diurusi), kenapa ? karena anak perlu pembinaan dan pengarahan, dan bagaimana dengan seorang guru yang kasar dan keras terhadap siswanya yang melanggar aturan dari sekolah, haruskan Indulgenent (tidak diketati) dan Neglectful (tidak diurusi), karena takut dengan peraturan yang ada sekarang?.

Bagaimana Membangun Karakter?

Ibarat seorang yang mau membangun sebuah rumah, orang tersebut sudah mempunyai tanah, namun sama sekali dia tidak mempunyai bahan untuk membangunnya, mereka berusaha mencari bahan kesana kemari untuk mendapatkan bahan yang dibutuhkan dalam mendirikan rumah, cara Parentil Skill sudah dibangun namun ketika disebuah lingkungan yang luas anak tersebut tidak mendapatkan perhatian dari Caracter Building maka anak tersebut akan sia-sia dan muda sekali anak masuk kemodel Indulgenent (tidak diketati), Neglectful (tidak diurusi).

Rumahpun begitu, tanah sudah ada, bahan material yang dicari sudah ada, pelaksanaannya kurang matang maka rumah menjadi sia-sia dibangun menjadi sebuah rumah yang baik, karena perencanaannya kurang matang.

Oleh karena itu membangun siswa pada anak di usia 12 tahunan (anak tingkat SMP) perlu pemahaman yang lebih mendalam, bukan mereka dibangun oleh pendidikan-pendidikan yang disebutkan di atas akan tetapi lebih tepat membangun siswa melalui sholat dhuha, yang telah lama dimasukkan program sekolah SMP Negeri I Tambak, walaupun program semacam ini tidak masuk ke kurikulum sekolah akan tetapi sangat membantu Sekolah yang membangun karakter siswa yang akan dimasukkan ke Kurikulum sekolah.

1 thought on “Membangun Karakter Siswa Melalui Sholat Dhuha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *